Cinta dalam sajak

 21 Januari 2022

Tulisan ke 7

Penulis Sahril Al-hamid



Malam tanggal 20 Januari 2022 saya baru pertama kalinya membuka lagi deary lama tentang satu kisah dua anak remaja yang menjalin asmara selama tujuh tahun lebih dengan nuansah yang ilmiah. Jelaslah kedekatan dua sijoli ini dikatakan kedekatan ilmiah sebab keduanya merangkai kedekatannya dengan menggunakan cara-cara yang saling memotivasi satu sama lain dengan bait-bait sajak yang sempurna. 

Kedua sejoli ini jarang sekali menggunakan bahasa langsung pada setiap pertemuannya, pasti akan didahului dengan syair-syair puisi yang melambangkan bahwa mereka ingin hidup semati dalam dunia keabadian. Keduanya memang memiliki kecintaan tersendiri pada sastra, dimanapun keduanya berada pasti akan mengungkapkan isi hati dengan bahasa sastra yang terjemahannya di mengerti olah mereka berdua. 

Sekian lama membangun komunikasi sehingga membentuk harapan ingin hidup bersama tapi hal itu hanya sekedar harapan belaka yang tidak mampu diwujutkan oleh sang pujangga lantaran orang tua sang kekasih lebih memilih orang yang lebih berada (hartanya banyak, pangkatnya tinggi dan semua keluarga nya terhormat). kejadian ini pun sudah disadari oleh keduanya dari dulu tapi keduanya tetap menjalani hubungan ini dengan penuh harap, sehingga buku puisipun di buat secara bersama-sama dalam lamunan kertas.

 Pada saat tertentu dua sejoli ini membuat kesepakatan kalau nanti kita tidak bisa bersama dalam ruang kebahagiaan maka semua kenangan yang di balut dalam sajak harus ditinggalkan pada keheningan malam, dan kisah ini harus di lemparkan ke udara hingga udara membuatnya terbang tinggi hingga tidak terarah dan bertepi. Harapan sang pujangga sedikit demi sedikit terkikis sehingga membuatnya lama menutup cerita dan tidak mengulang kenangan itu. 

Setidaknya begitulah cerita singkat di tujuh tahun silam. Tapi sejujurnya Saya juga tidak mengerti kenapa malam 20 Januari itu saya bisa menceritakan tentang dua sejoli ini kepada orang yang tidak pernah datang dalam bayang-bayang ilusiku. Lama bercengkrama dengan dengan malam menyita sedikit waktu belajarku, tapi saya merasa gembira dimalam itu, entah apa yang membuat saya bisa merasakan hal itu, bukan masalah waktu belajar tersita atau apapun namanya dan saya pun tidak mengerti. 

Saya bisa tertidur malam itu jam 1 malam karna harus tetap menunaikan kewajiban, wajib membaca minimal 20 menit di tiap malam, saya juga tidak permasalahan dengan waktu tidurnya tapi ini kali pertama saya merasakan hal yang aneh seolah ada bayang-bayang rindu yang menghampiri. 

Setelah saya selesaikan tugas wajib belajar 20 menit saya pun ambil HP untuk atur alaaran jam 04 :00 supaya tidak tertinggal sholat subuh dan akhirnya alaramnyapun berbunyi sesuai setingannya, saya langsung terbangun dan bergegas menunaikkan panggilan ilahi setelahnya saya memulai tulisan ini. 

Demikian cerita singkat ku subuh ini, semoga nanti yang membaca ini bisa menjadi Pujangga-pujangga tangguh dalam menghasilkan karya terbaik dengan kekuatan pena


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PPKM VS PTM

Pengawas ujian UM tingkat MA

Surat cinta untuk Ibu