Rindu Kampung Halaman

 Jakarta 21 maret 2022

Tulisan 30

Penulis sahril al hamid

Sore ini terasa bangat rindu dengan kampung halaman, kampung penuh sejuta kenangan dan kampung yang penuh dengan keilmuan, Nama kampungnya adalah "SANGIANG API" Yang berada di kecamatan wera kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat. Saya merasa benar-benar di didik menjadi petarung yang tanpa mengenal menyerah di kampung ini. 

Hal ini bukan tanpa sebab, saya terlahir dari orang tua hebat yang sudah banyak menaklukkan ombak di lautan lepas. Bangga rasanya bisa menjadi putra dari orang tua hebat yang tampan lelah memberi nasehat kepada saya dan bahkan sampai saya menikah pun beliau tetap menjadi nahkoda terbaik dalam mengarahkan kami sebagai anaknya. 

Berbagai masalah pribadi dan masalah yang lainpun saya selalu meminta pertimbangan darinya dengan kebijaksanaannya saya selalu mendapatkan jawaban teka teki yang harus saya pecahkan dengan kepala dingin sehingga bisa menguraikan apa maksud dari jawaban tersebut. 

Karena sangat rindu dengan kampung halaman, saya akhirnya memutuskan untuk pergi jakarta utara tepatnya di Muara Angke. Lokasi ini sengaja saya pilih karna saya melihat di sini ada kapal-kapal yang sedang berlabuh, setelah mereka mencari ikan di laut lepas. 


Melihat kapal-kapal berlabuh seperti ini saya langsung membayangkan bagaimana abu (H. Basaid) berjuang sekuat tenaga untuk memperjuangkan kehidupan anak-anak nya di masa yang akan datang. Untuk itu sampai detik ini dan bahkan sampai badan ini tertimbun tanah di makam pahlawan kelak (siapa tau bisa menjadi pahlawan nasional, hehehehe. Bermimpi boleh tinggi yang tidak boleh adalah pesimis yang berlebihan) nama mu akan selalu menjadi pahlawan bagiku. 

Sambil menikmati sore di pelabuhan yang penuh dengan kapal-kapal nelayan, rindu ini sedikit demi sedikit terobati, saya pun memutuskan untuk kembali ke parkir motor supaya bisa melihat apa yang bisa di bawa pulang, saya mulai menghidupkan motor dan mengendarainya dengan kecepatan yang sangat pelan, jarum Spidometer menunjukkan kecapatannya hanya berhenti di angka 20 tidak naik dan tidak juga turun. 

Selama 10 menit jalan keliling melintasi jalan raya muara angke, saya memutuskan untuk membeli ikan untuk di bawa pulang, saya mulai masuk dan melihat-lihat ikan yang ada di nampang besar yang berwarna kuning itu, sebenarnya bingung mau pilih ikan apa tapi karena tuntutan perut ingin makan ikan maka akhirnya saya pun beli ikan kakap merah. 




Saya memang sangat suka dengan ikan ini karna rasa dagingnya sangat enak dan gurih di tambah lagi ikan ini tulangnya tidK terlalu banyak beda dengan ikan lain. 

Setelah rindu terobati dan ikan sudah terbeli maka saatnya saya pulang kembali ke kontrakan yang berlokasi di kapuk muara. 

Saya mulai menghampiri motor yang di parkir depan pasar ikan muara angke tersebut, di samping motor saya ada seorang pemuda yang sudah siap untuk mengatur dan memberi interaksi agar saya mengeluarkan motor dengan hati-hati, saya pun terasa di hipnotis sehingga bisa mengikuti apa yang di perintahkannya. 

Sesudah keluar dari parkiran dengan aman, sang pemuda itu tetap berdiri di hadapan saya sambil berkata "parkir mas", langsung seketika itu juga saya tau maksudnya, ternyata intruksi yang tadi saya ikuti adalah intruksi yang berbayar. Hehehe, tapi tak apalah namanya juga kerja, yang paling penting kita harus tetap saling menghargai pekerjaan orang lain dan jangan pernah menganggap remeh. 

Setelah saya memberikan uang parkirnya saya pun tidak sabar untuk segera sampai rumah agar bisa langsung membakar ikan yang tadi di beli. Hanya butuh waktu 20 menit saya dalam perjalanan pulang. 

Sesampainya dirumah saya langsung mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk membakar ikan yang tadi di beli, dan pada akhirnya perut ini terus di manjakan dengan empuknya daging ikan kakap merah yang sudah matang di bakar. 


Sampai disini dulu cerita kali ini.... 










Komentar

  1. Bagus pak guru
    Dan ada pesan serta kesan tersirat dan tersurat tentang perjuangan seorang ayah .

    BalasHapus

  2. Nasib yang sama dengan saya. Sakit sebulan yang lalu karena sangat rindu pada bapak saya, nun jauh di seberang lautan. Hampir 3 tahun Corona memisahkan kami. Semoga libur tahun ajaran baru ini, bisa ke sana. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PPKM VS PTM

Pengawas ujian UM tingkat MA

Surat cinta untuk Ibu